Brasil adalah negara sepak bola. Brasil dan sepak bola selalu menarik untuk dibicarakan. Gairah masyarakat di sana terhadap futebol sulit kita tandingi, bahkan budaya sepakbola Brasil begitu kental terasa di negara tersebut. Oleh sebagian pengamat, budaya sepak bola di masyarakat Brasil bahkan melebihi aktivitas apa pun.
Sebuah penegasan prestasi mereka di panggung sepak bola adalah memiliki lima gelar juara dunia, terbaik di muka bumi. Kenapa masyarakat Brasil sangat menggemari sepak bola? Bagaimana budaya sepakbola Brasil? Pertanyaan ini pernah tertuju ke markas Federasi Sepak Bola Brasil (CBF).
Selain berkeliling melihat berbagai lapangan sepak bola, baik yang disewakan maupun fasilitas umum, yang mendekatkan warga di Rio de Janeiro dengan futebol, ada jawaban yang menarik perhatian: karena sepak bola terbuka bagi semua kalangan, tak peduli usia, ras, kaya atau miskin, hingga status sosial.
Kisah Leonidas da Silva adalah bukti kenapa sepak bola di Brasil sangat dicintai karena ia menjadi representatif keanekaragaman negara tersebut. Ketika penyerang berkulit hitam berjulukan Black Diamond itu membela Brasil di Piala Dunia 1934, plus bersinar sebagai top scorer di PD 1938, pergeseran mental terjadi di masyarakat.
(baca juga biografi Leonidas da Silva)
Melalui sepak bola, keragaman ras tidak lagi dilihat sebagai masalah atau beban bagi Brasil, melainkan sebuah keuntungan. Sepak bola disukai karena ia membuka pintu bagi semua orang untuk memainkannya. Semua anak-anak boleh bermimpi menjadi pesepak bola profesional, seperti Pele, Zico, Ronaldinho, hingga Neymar.
Olah raga ini adalah sebuah peluang mengubah kehidupan dengan mendapatkan banyak uang atas kecintaannya memainkan si kulit bundar. Brasil menjadi yang terbaik di sepak bola karena tak ada waktu luang yang disia-siakan. Dalam perjalanan berkeliling kota Rio de Janeiro, terdapat banyak sekali lapangan sepak bola. Adanya lapangan berfungsi untuk menampung hasrat masyarakat bermain si kulit bundar, dari anak-anak hingga orang dewasa.
Di markas CBF, terdapat awal bagaimana pesepakbola Brasil menggiring si kulit bundar seperti menggunakan tangan. Sebelum berlatih dengan bola ukuran normal, anak-anak diajarkan menggiring bola tenis meja. Tentu saja banyak bola pingpong yang harus disediakan karena jumlah bola yang terinjak sangat banyak.
Lulus dari kelas bola pingpong, anak-anak Brasil memasuki “kelas bola tenis”.
Tujuannya sama, mengontrol bola sesuai dengan keinginan. Tak usah heran melihat jarang sekali pesepakbola Brasil menggiring bola jauh dari kakinya. Pengaruh seni budaya, samba, hingga capoeira membuat pesepak bola Brasil mempertontonkan sepak bola dengan ritme yang mengajak penonton “menari” bersama di lapangan, sekaligus membunuh lawannya.
Ada kisah menarik tentang Brasil dan Gordon Strachan. Ia merupakan pelatih Skotlandia yang pernah bermain untuk Manchester United dan Leeds United di Inggris. “Pengalaman menakutkan dalam sepak bola adalah ketika Anda keluar dari terowongan untuk bertanding, lalu tiba-tiba menyadari bahwa lawan Anda mengenakan kaus kuning dan celana biru.” Yang dimaksud Strachan adalah Selecao, tim nasional Brasil.
Facebook Tweet Whatsapp